ASUHAN
KEPERAWATAN PADA An.“A” DENGAN
GANGGUAN SISTEM DIGESTIF “ DIARE” DI
RUANG ANAK
RS. M. HOESIN PALEMBANG TAHUN 2013
Di
Susun Oleh :
1.
Ahmad
Mulkan Aziman
2.
Chandra
Gunawan
3.
Iwan
Hartanto
4.
Meilinda
Triwahyuni
5.
Muhammad
Daroni Ali
6.
Pera
Ernawati
7.
Riza
Umami
8.
Subhan
Dosen Pembimbing :
Tjubianto, SPd
AKADEMI KEPERAWATAN SAPTA KARYA
PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2013-2014
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadiran allah SWT yang
telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami
berhasil menyelesaikan makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Asuhan Keperawatan Diare”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai
akhir. Semoga allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Penulis, Oktober 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar............................................................................................... ii
Daftar Isi......................................................................................................... iii
BAB.I.LAPORAN
PENDAHULUAN.........................................................
1.1.Konsep
Dasar Keperawatan..........................................................
1.1.1.Pengertian................................................................................
1.1.2.Anatomi
Fisiologi.....................................................................
1.1.3.etiologi
1.1.4.Tanda
Dan Gejala....................................................................
1.1.5.Klasifikasi................................................................................
1.1.6.Patofisiologi.............................................................................
1.1.7.Badan
Patofisiologi..................................................................
1.1.8.Prognosis..................................................................................
1.1.9.Komplikasi...............................................................................
1.1.10.Pemeriksaan
diagnostik..........................................................
1.1.11.Penatalaksanaan
Medis..........................................................
1.2.Konsep Dasar Keperawatan..........................................................
1.2.1.Pengkajian...............................................................................
1.2.2.Diagnosis.................................................................................
1.2.3.Intervensi................................................................................
1.2.4.Implementasi...........................................................................
1.2.5.
Evaluasi..................................................................................
BAB.II.TINJAUAN
KASUS
2.1.Pengkajian.........................................................................................
2.2.Analisa
Data......................................................................................
2.3.Diagnosa
Keperawatan.....................................................................
2.4.Intervensi..........................................................................................
2.5.Implementasi.....................................................................................
2.6.Evaluasi.............................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
LAPORAN
PENDAHULUAN
(TINJAUAN
TEORI)
1.1. Konsep Dasar Penyakit
1.1.1.
Pengertian
Menurut
Nelson (2000), Gastroentristis adalah infeksi saluran pencernaan oleh berbagai
enteropatogen, termasuk bacteria, virus dan parasit. (Nelson,2000).
Menurut
Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana
terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi
karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau
cair. ( Suradi & Rita, 2001).
Diare
adalah frekuensi frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan
lebih dari 3 kali pada anak; konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau
dapat pula bercampur lender dan darah atau lender saja. (Ngastiyah,2000).
Jadi
diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu
lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai
atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses
inflamasi pada lambung atau usus.
1.1.2
Anatomi Fisiologi
Saluran
gastrointestinal yang berjalan dari mulut melalui esophagus, lambung dan usus
sampai anus. Esofagus terletak di mediastinum rongga torakal, anterior terhadap
tulang punggung dan posterior terhadap trakea dan jantung, Selang yang dapat
mengempis ini, yang panjangnya kira-kira 25 cm (10 inci) menjadi distensi bila
makanan melewatinya.
Bagian
sisa dari saluran gastrointestinal terletak didalam rongga peritoneal. Lambung
ditempatkan dibagian atas abdomen sebelah kiri dari garis tengah tubuh, tepat
dibawah diafragma kiri. Lambung adalah suatu kantung yang dapat berdistensi
dengan kapaitas kira-kira 1500ml. Lambung dapat dibagi ke dalam empat bagian
anatomis, kardia, fundus, korpus dan pylorus.
Usus
halus adalah segmen paling panjang dari saluran gastrointestinal, yang jumlah
panjangnya kira-kira dua pertiga dari panjang total saluran. Untuk sekresi dan
absorbs, usus halus dibagi dalam 3 bagian yaitu bagian atas disebut duodenum,
bagian tengah disebut jejunum, bagian bawah kanan disebut ileum. Pertemuan
antara usus halus dan usus besar terletak dibagian bawah kanan duodenum. Ini
disebut sekum pada pertemuan ini yaitu katup ileosekal. Yang berfungsi untuk
mengontrol isi usus ke dalam usus besar, dan mencegah refluks bakteri kedalam
usus halus. Pada tempat ini terdapat apendiks vemiformis. Usus besar terdiri
dari segmen asenden pada sisi kanan abdomen, segmen transversum yang memanjang
dari abdomen atas kanan ke kiri dan segmen desenden pada sisi kiri abdomen.
Yang mana fungsinya mengabsorbsi air dan elektrolit yang sudah hampir lengkap
pada kolon. Bagian ujung dari usus besar terdiri dua bagian. Kolon sigmoid dan
rectum kolon sigmoid berfungsi menampung masa fecces yang sudah dehidrasi
sampai defekasi berlangsung. Kolon mengabsorbsi sekitar 8000 ml kapasitas
absorbsi usus besar adalah 2000 ml perhari. Bila jumlah ini dilampaui, misalnya
adalah karena adanya kiriman yang berlebihan dari ileum maka akan terjadi
diare.
berlanjut
pada anus, jalan keluar anal diatur oleh jaringan otot lurik yang membentuk
baik sfingter internal dan eksternal.
1.1.3 Etiologi
Menurut :
(Hassan Rusepno, 2005 :283-284) Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa
factor, yaitu :
a. Infeksi enteral; infeksi saluran
pencernaan yang merupakan penyebab utama diare, meliputi infeksi bakteri
(Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas,
dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll),
infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C.
albicans).
b. Infeksi parenteral; merupakan
infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis
media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
c. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida
(intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa,
fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang
terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi
lemak dan protein.
d. Diare dapat terjadi karena
mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.
e. Diare dapat terjadi karena faktor
psikologis (rasa takut dan cemas).
1.1.4 Tanda dan gejala
Mula-mula pasien cengeng, gelisah suhu
tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul
diare. Tinja cair mungkin disertai lendir dan darah. Warna tinja makin lama
berubah kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah
sekitarnya timbul lecet karena sering defeksi dan tinja makin lama makin asam
sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak
diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau
sesudah diare dan gangguan keseimbangan asam basa, dan elektrolit. Bila pasien
telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai nampak,
yaitu berat badan turun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi
cekung (pada bayi) selaput lendir dan bibir, bibir dan mulut serta kulit tampak
kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi
ringan, sedang dan berat. Bila berdasarkan tonisitas plasma dibagi menjadi
dehidrasi hipotonik, isotonik dan hipertonik. (Ngastiyah, 2005 : 226)
1.1.5 Klasifikasi
Klasifikasi gastroenteritis menurut
Kapita Selekta edisi 3, 1999:
a. Gastroenteritis koleriform
Disebabkan oleh fibrio, eschercia
colli, clostriclia, dan intoksikosi makanan.
b. Gastroenteritis degentriforin
Disebabkan oleh sigella ,
salmonella, entamoeba histolitica Adanya peningkatan frekuensi buang air besar
dan keenceran tinja merupakan akibat dari iritasi usus oleh suatu patogen yang
mempengaruhi lapisan usus sehingga terjadi peningkatan produk-produk sekretorik
dan peningatan motilitas usus. Ini menyebabkan banyak air dan mineral terbuang
karena waktu penyerapan berkurang sehingga penderita gastroenteritis dapat
mengalami dehidrasi.
Berdasarkan
keadaan klinik, dehidrasi dapat dibagi 3 (Soeparman, 1997):
a. Dehidrasi ringan
Kehilangan
cairan 2-5% dari berat badan Gambaran klinis: dehidrasi, turgor kurang, suara
serak, penderita belum jatuh dalam keadaan preshock.
b. Dehidrasi sedang
Kehilangan
cairan 5-10% dari berat badan. Gambaran klinis: turgor jelek, serak, penderita jatuh,
preshock, nadi cepat, nafas cepat dan dalam.
c. Dehidrasi berat
Kehilangan
cairan lebih dari 10% dari berat badan Gambaran klinis: turgor jelek, serak,
penderita jatuh preshock atau shock nadi
cepat, nafas cepat dan dalam, kesadaran menurun, otot kaku, sianosis.
Perhitungan
balance
Jumlah cairan yang masuk:
-
Air
(makanan, minuman)
-
Cairan
infus
-
Air
metabolisme
-
Injeksi
Jumlah cairan yang keluar
-
Urine
-
IWL
-
Feses
-
Muntah,
perdarahan, cairan drain, NGT
Catatan:
1. Urine
normal > 0,5 – 1 cc / kg BB/jam
2. Feses
100 cc/hari
3 WIL: Dewasa
15 cc / kg BB/hari
Anak (30 – usia) cc/kg BB/hari
Kenaikan suhu IWL + 200 (suhu badan
– 36,8oC
4. Air
metabolisme balita: 8 cc/kg BB/hari
1.1.6 Patofisiologi
Proses
terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan faktor diantaranya
pertama faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman)
yang masuk ke dalam saluran perncernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan
merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya
terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi
usus dalam absorbsi cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin
bakteri akan menyebabkan sistem transport aktif dalam usus sehingga sel mukosa
mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.
Kedua, faktor malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang
mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga
terjadilah diare. Ketiga, faktor makanan ini dapat terjadi apabila toksin yang
ada tidak mampu diserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik
usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makan yang kemudian
menyebabkan diare. Keempat, faktor psikologis dapat mempengaruhi terjadinya
peningkatan peristaltik usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan
makanan yang dapat menyebabkan diare. (A. Aziz Alimul Hidayat, 2006).
1.1.7
Bagan Patofisiologi
1.1.8 Prognosis
Tidak
ada pengobatan khusus untuk Gastroenteritis virus kecuali beristirahat dan
minum banyak. Kebanyakannya sembuh tanpa kerumitan, namun Gastroenteritis virus
bisa parah bagi orang yang mempunyai kesulitan mengganti cairan tubuh yang
hilang karena muntah dan diarenya.
1.1.9
Komplikasi
Menurut Broyles
(1997) komplikasi diare ialah: dehidrasi, hipokalemia, hipokalsemia,
disritmia jantung (yang disebabkan oleh hipokalemia dan hipokalsemia),
hiponatremia, dan shock hipovolemik.
1.1.10
Pemeriksaan
Diagnostik
-
Pemeriksaan
tinja.
-
Pemeriksaan
gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila memungkinkan dengan
menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup, bila memungkinkan.
-
Pemeriksaan
kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
-
Pemeriksaan
elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara
kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik.
1.1.11.
Penatalaksanaan
Penanggulangan
kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam mengatasi pasien diare. Hal
sederhana seperti meminumkan banyak air putih atau oral rehidration solution
(ORS) seperti oralit harus cepat dilakukan. Pemberian ini segera apabila gejala
diare sudah mulai timbul dan kita dapat melakukannya sendiri di rumah. Kesalahan
yang sering terjadi adalah pemberian ORS baru dilakukan setelah gejala
dehidrasi nampak.
Pada
penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit secara
intravena merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau dengan kata
lain perlu diinfus. Masalah dapat timbul karena ada sebagian masyarakat yang
enggan untuk merawat-inapkan penderita, dengan berbagai alasan, mulai dari
biaya, kesulitam dalam menjaga, takut bertambah parah setelah masuk rumah
sakit, dan lain-lain. Pertimbangan yang banyak ini menyebabkan respon time
untuk mengatasi masalah diare semakin lama, dan semakin cepat penurunan kondisi
pasien kearah yang fatal.
Diare
karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS. Apabila
kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus penyebab diare
dapat diatasi sendiri oleh tubuh (self-limited disease).
Diare
karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia lamblia,
Entamoeba coli perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional, artinya
antibiotik yang diberikan dapat membasmi kuman.
Oleh
karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan antibiotik,
maka pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan untuk
menentukan penyebab pasti. Pada kasus diare akut dan parah, pengobatan suportif
didahulukan dan terkadang tidak membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut kalau
kondisi sudah membaik.
1.2. Konsep Dasar Keperawatan
1.2.1. Pengkajian
Pengkajian
yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah.
Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, pemeriksaan
fisik. Pengkaji data menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah :
1. Identitas klien.
2. Riwayat keperawatan.
-
Awalan
serangan : Awalnya anak cengeng,gelisah,suhu tubuh meningkat,anoreksia kemudian
timbul diare.
-
Keluhan
utama : Faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit
terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung,
tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering,
frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
3. Riwayat kesehatan masa lalu.
Riwayat
penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.
4. Riwayat psikososial keluarga.
Hospitalisasi
akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga, kecemasan
meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak, setelah
menyadari penyakit anaknya, mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa
bersalah.
5. Kebutuhan dasar
-
Pola
eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK
sedikit atau jarang.
-
Pola
nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan penurunan berat
badan pasien.
-
Pola
tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
-
Pola
hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
-
Aktivitas
: akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat
distensi abdomen.
6. Pemerikasaan fisik.
a. Pemeriksaan psikologis : keadaan
umum tampak lemah, kesadaran composmentis
sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.
b. Pemeriksaan sistematik :
-
Inspeksi
: mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat
badan menurun, anus kemerahan.
-
Perkusi
: adanya distensi abdomen.
-
Palpasi
: Turgor kulit kurang elastis
-
Auskultasi
: terdengarnya bising usus.
c. Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang.
d. Pada anak diare akan mengalami
gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan menurun.
e. Pemeriksaan penunjang.
f. Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan
duodenum intubation yaitu untuk mengetahui penyebab secara kuantitatip dan
kualitatif.
1.2.2. Diagnosa Keperawatan
a.
Kekurangan
volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake
terbatas (mual).
b.
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi nutrien dan
peningkatan peristaltik usus.
c.
Nyeri
(akut) b.d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
d.
Kecemasan
keluarga b.d perubahan status kesehatan anaknya
e.
Kurang
pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b.d
pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau
keterbatasan kognitif.
f.
Kecemasan
anak b.d perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang baru.
1.2.3.
Intervensi Keperawatan
Diagnosa I
: Kekurangan volume cairan b/d
kehilangan
melalui feses dan muntah
serta intake terbatas (mual).
Tujuan : Kebutuhan cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada
tanda-tanda dehidrasi
a. Berikan cairan oral dan parenteral
sesuai dengan program dehidrasi
b. Sebagai upaya rehidrasi untuk
mengganti cairan
Pantau
intake dan output. yang keluar bersama feses.
c. Memberikan informasi status
keseimbangan cairan untuk menetapkan kebutuhan cairan pengganti.
d. Kaji tanda vital, tanda/gejala
dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium Menilai status hidrasi, elektrolit
dan keseimbangan asam basa
e. Kolaborasi pelaksanaan terapi
definitif
Pemberian obat-obatan secara kausal
penting setelah penyebab diare diketahui
Diagnosa II : Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria
terjadi peningkatan berat badan
a. Pertahankan tirah baring dan
pembatasan aktivitas selama fase akut.
Menurunkan kebutuhan metabolic
Menurunkan kebutuhan metabolic
b. Pertahankan status puasa selama fase
akut (sesuai program terapi) dan segera mulai pemberian makanan per oral
setelah kondisi klien mengizinkan Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan
selama fase akut untuk menurunkan peristaltik sehingga terjadi kekurangan
nutrisi. Pemberian makanan sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis
klien memungkinkan.
c. Bantu pelaksanaan pemberian makanan
sesuai dengan program diet Memenuhi kebutuhan nutrisi klien
d. Kolaborasi pemberian nutrisi
parenteral sesuai indikasi Mengistirahatkan kerja gastrointestinal dan
mengatasi/mencegah kekurangan nutrisi lebih lanju
Diagnosa III: Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
Tujuan : Nyeri berkurang
dengan kriteria tidak terdapat lecet pada
perirektal
a. Atur posisi yang nyaman bagi klien,
misalnya dengan lutut fleksi.
Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan mengurangi nyeri
Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan mengurangi nyeri
b. Lakukan aktivitas pengalihan untuk
memberikan rasa nyaman seperti masase punggung dan kompres hangat abdomen
c. Meningkatkan relaksasi, mengalihkan
fokus perhatian klien dan meningkatkan kemampuan koping
d. Bersihkan area anorektal dengan
sabun ringan dan airsetelah defekasi dan berikan perawatan kulit
e. Melindungi kulit dari keasaman
feses, mencegah iritasi
f. Kolaborasi pemberian obat analgetika
dan atau antikolinergik sesuai indikasi
g. Analgetik sebagai agen anti nyeri
dan antikolinergik untuk menurunkan spasme traktus GI dapat diberikan sesuai
indikasi klinis
h. Kaji keluhan nyeri dengan Visual
Analog Scale (skala 1-5), perubahan karakteristik nyeri, petunjuk verbal dan
non verbal
i.
Mengevaluasi
perkembangan nyeri untuk menetapkan intervensi selanjutnya
Diagnosa IV: Kecemasan
keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya.
Tujuan : Keluarga mengungkapkan kecemasan
berkurang.
a. Dorong keluarga klien untuk
membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik tentang mekanisme koping yang
tepat.
b. Membantu mengidentifikasi penyebab
kecemasan dan alternatif pemecahan masalah
c. Tekankan bahwa kecemasan adalah
masalah yang umum terjadi pada orang tua klien yang anaknya mengalami masalah
yang sama
d. Membantu menurunkan stres dengan
mengetahui bahwa klien bukan satu-satunya orang yang mengalami masalah yang
demikian
e. Ciptakan lingkungan yang tenang,
tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam membantu klien.
f. Mengurangi rangsang eksternal yang
dapat memicu peningkatan kecemasan.
Diagnosa
V : Kurang pengetahuan keluarga
tentang kondisi,
prognosis
dan kebutuhan terapi b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi
dan atau keterbatasan kognitif.
Tujuan : Keluarga akan
mengerti tentang penyakit dan
pengobatan anaknya, serta mampu men demonstrasi
kan perawatan anak di rumah.
a. Kaji kesiapan keluarga klien
mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan tentang penyakit dan perawatan
anaknya.
b. Efektivitas pembelajaran dipengaruhi
oleh kesiapan fisik dan mental serta latar belakang pengetahuan sebelumnya.
c. Jelaskan tentang proses penyakit
anaknya, penyebab dan akibatnya terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari
aktivitas sehari-hari.
d. Pemahaman tentang masalah ini
penting untuk meningkatkan partisipasi keluarga klien dan keluarga dalam proses
perawatan klien
e. Jelaskan tentang tujuan pemberian
obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian serta efek samping yang mungkin
timbul
f. Meningkatkan pemahaman dan
partisipasi keluarga klien dalam pengobatan.
g. Jelaskan dan tunjukkan cara
perawatan perineal setelah defekasi
h. Meningkatkan kemandirian dan kontrol
keluarga klien terhadap kebutuhan perawatan diri anaknya
Diagnosa
VI : Kecemasan
anak b.d Perpisahan dengan orang tua,
lingkungan yang baru
Tujuan : Kecemasan anak berkurang dengan kriteria
memperlihatkan tanda-tanda
kenyamanan
a. Anjurkan pada keluarga untuk selalu
mengunjungi klien dan berpartisipasi dalam perawatn yang dilakukan Mencegah
stres yang berhubungan dengan perpisahan
b. Berikan sentuhan dan berbicara pada
anak sesering mungkin Memberikan rasa nyaman dan mengurangi stress
c. Lakukan stimulasi sensory atau
terapi bermain sesuai dengan ingkat perkembangan klien Meningkatkan pertumbuhan
dan perkembangan secara optimum
1.2.4. Implementasi
Melaksanakan tindakan keperawatan
sesuai dengan rencana tindakan yang telah direncanakan sebelumnya.
1.2.5. Evaluasi
Evaluasi
merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai. Bila ada
yang belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun rencana,
kemudian dilaksanakan dalam implementasi keperawatan lalau dievaluasi, bila
dalam evaluasi belum teratasi maka dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya
sampai tujuan tercapai.
BAB II
TINJAUAN KASUS
2.1. Pengkajian
2.1.1. Identitas Pasien
Nama :
An”A”
Tempat Tanggal Lahir :
28 Oktober 2012
Umur :
1 Tahun
Jenis Kelamin :
Perempuan
Agama :
Islam
Alamat :
Jalan Demang Lebar Daun No. 2628
Tanggal Masuk :
28 Oktober 2013, Pukul 07.30 Wib
Tanggal Pengkajian :
28 Oktober 2013, Pukul 09.30 Wib
Diagnosa Medis :
Gastroenteritis
2.1.2. Penanggung Jawab
Nama
Ayah : Ny ”H”
Umur : 28 Tahun
Jenis
Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Hubungan : Anak kandung
Alamat :
Jalan Demang Lebar Daun No. 2628.
2.1.3. Keluhan Utama
Alasan masuk dengan keluhan BAB yang
sedikit tapi sering sekitar 10 kali perhari.
2.1.4. Keadaan Umum
Tingkat kesadaran compos mentis,
tinggi badan 65 cm, BB 10 kg, LILA 12 cm, lingkar kepala 30
cm, TTV: Suhu: 38 C, Nadi 120 x/menit, RR 40 x/menit, keluhan lain BAB
berlendir dan berdarah serta encer.
2.1.4. Riwayat
kesehatan
Keluhan
utama BAB cair,sehari biasa 10 kali. . Pada riwayat kesehatan dahulu tidak ada
penyakit berat dan tidak perna dioperasi, keluarga tidak ada penyakit menular
atau keturunan.
keterangan :
:
Laki-laki
:
Perempuan
: Laki-laki/Perempuan
yang sudah Meninggal
:
Pasien/Klien
:
Tinggal satu rumah
:
Cerai/Putus Hubungan
2.1.5. Riwayat Imunisasi
Imunisasi belum lengkap, imunisasi
yang didapat adalah BCG, DPT, Polio, imunisasi yang belum didapat adalah
Campak, waktu imunisasi adalah sebelum dirawat di RS.
2.1.6. Psikososial
Hubungan dengan anggota keluarga
anak sangat dekat dengan ayah dan ibunya. tidak ada teman sebaya. karakter
periang
2.1.7. Riwayat
Tumbuh Kembang
Motorik halus, motorik kasar,
kognitif dan bahasa berkembang dengan baik
2.1.8. Jenis Kebutuhan
a. Makanan, pada kondisi sehat nakan
teratur, makanan air tajin, 3x/ hari. selama sakit ps tidak diperbolehkan minum
susu sapi oleh dokter, intake inadekuat, mengisap putting susu lemah, ASI
diberikan tidak adekuat, ibu jarang menyusui bayinya.
b. Cairan, selama sehat ps minum susu
teratur, selama sakit masukan oral sebayak 300cc dan pemasukan parenteral
sebanyak 250cc total 550 cc.
c. Eliminasi, selama sehat frekuensi
BAK 2-3 kali perhari, warna kuning bening bau khas, jumlah 350- 400 cc/ hari.
selama sakit frekuensi 10 kali perhari, warna kuning, bau khas, tidak terpasang
kateter, ada tahana waktu BAK, ps tampak mengedan saat BAK. BAB selama sehat 2-3 x / hari, konsistensi lembek,
mengikuti bentuk kolon. warna dan bau tidak terkaji. waktu sakit BAB 10 x
/ hari dengan konsistensi encer, tidak
mengikuti bentuk kolon, warna kuning kemerahan, bau amis, jumlah tidak terkaji,
ada lendir dan darah, ps tampak mengedan saat BAB dan meringis, tidak ada
pemakaian laksatif.
d.
tidur,
selama sehat pola tidur teratur, malam 9-10 jam, siang 1,5 jam, jumlah jam
tidur 11,5 jam. waktu sakit, pola teratur, malam 9-10 jam, siang 11,5 jam,
e. kebutuhan bermain, waktu sehat,
jenis permainan tepuk tangan frekuensi sering jika ps tidak bisa tidur, 16
menit tiap bermain, teman bermain ibu pasien. waktu sakit permainan sama.
2.1.9. Pemeriksaan
Fisik
a. kepala : lingkar kepala 30 cm, distribusi rambut hanya
dibagian atas saja tekstur rambut halus, warna hitam, tidak ada lesi, wajah
agak pucat.
b. Mata : mata simetris, palpebra tidak
ada pembengkakan, konjungtiva agak pucat, sclera putih,m ukuran pupil 2 cm, reaksi
pupil +/+ kiri dan kanan, mata cekung.
c. Hidung : hidung simetris, warna sama
dengan kulit sekitar, bersih, septumdan konka hidung tidak ada kelainan, tidak
ada sekret dan polip.
d. Telinga: posis sejajar kiri dan
kana, tidak ada secret, membrane timpani tidak ada peradangan, ketajaman penuh.
Tidak ada nyeri aurikel dan mastoid.
e. Mulut : simetris, bersih, bibir
normal, gigi belum ada, tonsil normal.
f. Thorak / dada paru : bentuk normal
chest, simetris, pernafasan dada, gerakan paru simetris, ekspansi dada
simetris, taktil fremitus teraba, sura paru sonor, suara nafas vesikuler, tidak
ada suara nafas tambahan.
g. Jantung: iktus kordis tidak
terlihat, precordial fraction rub tidak terlihat, iktus kordis teraba, batas
jantung jelas dan tidak ada pembesaran, suara organ jantung pekak, bunyi
jantung S1 dan S2 terdengar, intensitas S1>S2 dan bunyi reguler.Tidak ada
bunyi jantung tambahan.
h. Abdomen dan anus : abdomen bentuk
soepel, simetris, warna sama dengan kulit sekitar, tidak ada lesi dan asites.
Bising usus 38 x / menit, bunyi bruit tidak terdengar. Suara abdomen tympani,
tidak terdapat massa dan pembesaran, titik mc burney tidak ada nyeri, tanda
peritonitis tidak ada. Palpasi dalam pada hepar dan limpa tidak terdapat
pembesaran dan nyeri. Warna anus merah muda / kemerah-merahan. terdapat lesi,
tidak ada fistula dan hemoroid.
i.
Genitalia
: simetris, tidak terpasang kateter dan tidak ada kelainan.
j.
Ektremitas
dan punggung : punggung tidak ada lesi, tidak ada nyeri dan kelainan tulang
belakang. Ekstremitas simetris, tidak ada edema dan deformitas tulang. Palpasi
tulang dan sendi normal. Kekuatan otot 5. Tidak ada keterbatasan gerak.
k. Kulit : lesi tidak ada, kulit
lembab, turgor elastisitas, tekstur elastic, tidak ada kemerah merah.
2.1.10. Pemeriksaan Neurologis
Reflek fisiologis: babynski +,
rooting +, soaking lemah, bayi malas mengisap putting susu ibunya, reflek
meningeal: kejang + tiap sebentar,sekitar 5 detik.
2.1.11. Hasil
Pemeriksaan Diagnostic
-
Pemeriksaan
Hb = 9,8 gr% ( 28 Oktober 2013)
-
Pemeriksaan
Hb = 10,2 gr% (29 Oktober 2013)
-
Pemeriksaan
Hb = 10,7 gr% (30 Oktober 2013)
2.1.12. Terapi Yang
Diberikan
28 Oktober 2013:
Luminal 2 x 15 mg
Oralit 50 mg tiap mencret
Diit ML 700 kkal
IVFD Kaen IIIB 28 tts / i
29 Oktober 2013 :
Luminal 2 x 15 mg
Oralit 50 mg tiap mencret
Diit ML 700 kkal
IVFD Kaen IIIB 28 tts / i
30 Oktober 2013 :
Luminal 2 x 15 mg
Oralit 50 mg tiap mencret
Diit ML 700 kkal
IVFD Kaen IIIB 28 tts / i
2.2. Analisa Data
Nama
Pasien : An”A” Tanggal : 28 oktober 2013
Umur : 1 tahun No RM : 238638
No.
|
Data
Fokus
|
Penyebab
|
Masalah
|
|||
1.
|
DS:
Keluaga mengatakan BAB encer sudah
2 hari, jumlah sedikit.
DO:
-
Turgor kulit menurun, - mulut kering, -malas makan, -klien tampak lemah, -
klien terpasang IVFD RL dtt xv/at
|
Infeksi virus, bakteri atau
parasit
Dehidrasi
Turgor kulit menurun
|
Gangguan keseimbangan cairan
|
|||
2.
|
DS:
Ibu mengatakan bahwa perut anaknya
kembung,
DO:
-anak terlihat rewel, - K.u lemah
|
Infeksi virus, bakteri atau
parasit
Peristaltik usus
menigkat
Nyeri
|
Gangguan rasa Nyaman ( Nyeri)
|
|||
3.
|
DS:
- Ibunya mengatakan anaknya 10x BAB sebelum masuk rumah sakit
DO:
- anak tampak lemas, -anak tampak rewel,- anak tampak BAB terus
|
Infeksi virus, bakteri atau
parasit
Lemas
Kesulitan BAB
|
Gangguan pola eliminasi BAB
|
2.3. Diagnosa Keperawatan
·
Gangguan
keseimbangan cairan b/d output yang berlebihan
·
Gangguan
rasa nyaman (nyeri) b/d hiperperistaltik
·
Gangguan
eliminasi BAB : diare b/d infeksi bakteri
2.4. Intervensi Keperawatan
Nama Pasien : An”A” Tanggal : 29 Oktober 2013
Umur : 1 tahun No RM : 238638
No
Dx
|
Tujuan
dan KH
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
s Setelah dilakukan
Tindakan Keperawatan 2x24 jam dengan Tujuan : volume cairan dan elektrolit
dalam tubuh seimbang (kurangnya cairan dan elektrolit terpenuhi) Dengan KH
:
-Turgor
kulit cepat kembali
-Mata
kembali normal
-membran
mukosa basah
-intake
output seimbang
|
1) Pantau tanda kekurangan cairan
2) observasi/cata hasil intake output
cairan
3) anjurkan anak untuk banyak minum
4) jelaskan pada ibu tanda kekurangan
cairan
5) berikan terapi sesuai infuse RL
|
1)
Menentukan
intervensi selanjutnya
2)
Mengetahui
keseimbangan cairan
3)
mengurangi
kehilangan cairan
4)
Meningkatkan
partisipasi dalam perawatan
5)
Mengganti
cairan yang keluar dan mengatasi diare
|
2
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 2x24 jam dengan
Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi,
klien terbebas dari distensi abdomen dengan KH :
- Klien tidak kesakitan
- Klien mengungkap verbal(-)
- Wajah rileks
Skala nyeri 0-3
|
1)
Teliti
keluhan nyeri, catat intensitasnya (dengan skala 0-10)
2)
Anjurkan
klien untuk menghindari allergen
3)
Lakukan
kompres hangat pada daerah perut
4)
Kolaborasi
dengan dokter dan tim medis lainnya
|
1)
Identifikasi
karakteristik nyeri & factor yang berhubungan merupakan suatu hal yang
amat penting untuk memilih intervensi yang cocok & untuk mengevaluasi ke
efektifan dari terapi yang diberikan.
2)
Mengurangi
bertambah beratnya penyakit.
3)
Dengan
kompres hangat, distensiabdomen akan mengalami relaksasi, pada kasus
peradangan akut/peritonitis akan menyebabkan infeksi
4)
Kortikosteroid
untuk mencegah reaksi alergi
|
3
|
= Setlah dilakukan
Tindakan Keperawatan 2x24 jam dengan
T tujuan :
Konsistensi BAB lembek, frekuensi 1kali perhari dengan KH :
TTV
dalam batas normal
-
Nadi
: 120x/menit
-
Suhu
: 38 C
-
RR
: 24x/menit
|
1)
Mengobservasi
TTV
2)
Jelaskan
pada pasien tentang penyebab dari diarenya
3)
pantau
leukosit setiap hari
4)
kaji
pola eliminasi klien setiap hari
5)
kolaborasi
dengan Tim Gizi.
-
Konsul
ahli gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan klien
|
1)
Kehilangan
cairan yang aktif secara terus menerus akan mempengaruhi TTV
2)
Klien
dapat mengetahui penyebab dari diarenya
3)
Berguna
untuk mengetahui penyembuhan infeksi
4)
Untuk
mengetahui konsistensi dan frekuensi BAB
5)
Metode
makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada kebutuhan
|
2.5. Implementasi Keperawatan
Nama Pasien : An”A” Tanggal : 30
oktober 2013
Umur : 1 tahun No RM : 238638
Tanggal/
hari
|
Jam
|
NoDx
|
Implementasi
|
Respon
PS
|
Paraf
|
28 oktober2013
|
10.30wib
|
I
|
1) Memantau tanda kekurangan cairan
2) Mengobservasi/cata hasil intake
output cairan
3) menganjurkan anak untuk banyak
minum
4) menjelaskan pada ibu tanda
kekurangan cairan
5) memberikan terapi sesuai infuse RL
|
1) Pasien tampak lemah
2) Untuk mengetahui kebutuhan cairan
3) agar klien dapat melakukan yang
kita perintah
4) agar ibu mengerti pentingnya
kekurangan cairan didalam tubuh
5) agar volume cairan pasien dapat
terkontrol
|
|
29 oktober 2013
|
12.30wib
|
II
|
1)
Teliti
keluhan nyeri, cacat intensitasnya ( dengan skala 0-10)
2)
Anjurkan
klien untuk menghindari allergen
3)
Lakukan
kompres hangat pada daerah perut
4)
Analgesik
|
1) Skala nyeri 6, klien mengatakan nyeri
daerah perut
2) klien tidak mengalami alergi
3) klien tampak tenang
4) nyeri klien berkurang
|
|
30 oktober2013
|
16.30wib
|
III
|
1)
Mengobservasi
TTV
2)
Jelaskan
pada pasien tentang penyebab dan diarenya
3)
kaji
pola eliminasi klien setiap hari
4)
kolaborasi
-
konsul
dengan ahli gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan
|
1) - Nadi : 120x/menit
-T
: 36,5 C
-RR
24x/menit
2) Klien tampak kooperatif
3) klien BAB 2x sehari
4) klien menghabiskan makanannya
|
2.6.
Evaluasi Keperawatan
Nama
Pasien : An”A” Tanggal
: 30 oktober 2013
Umur
: 1 tahun No RM
: 238638
No. Dx
|
Hari/tanggal
|
Catatan Perkembangan
|
Paraf
|
I
II
III
|
Senin,
28 oktober 2013
Selasa,
29 oktober 2013
Rabu ,
30 oktober 2013
|
S:
O: - anak masih tampak lemas
- Aktivitas klien dibantu ibu
A:
Masalah belum teratasi
P : Intervensi 1-4 dilanjutkan
S :
O: -Anak masih terlihat rewel
-anak masih memegangi perut nya
Skala nyeri 3
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi 1,3,4,5, dan 6
dilanjutkan
S :
O : - Anak BAB 2x sehari
-Turgor
kulit menurun
-mata
tidak cekung
-anak
tidak mau makan
-anak
terlihat muntah
A : Masalah gangguan pola
eliminasi BAB teratasi sebagian
P : Pertahankan intervensi 1-4
dilanjutkan
Kaji intake output cairan setiap 8 jam
|
|
I
II
III
|
Kamis
1
Nopember 2013
Jumat
2
Nopember
2013
Sabtu
3
nopember 2013
|
S:
O:
Anak terlihat lebih baik
Turgor kulit kembali normal
Mata tidak cowong
Mukosa mulut tidak kering
A:
Masalah teratasi
P
: Intervensi dihentikan
S
:
O
: Anak masih terlihat rewel
A
: Masalah teratasi sebagian
P
: Intervensi dilanjutkan
S
:
O
: Anak BAB 1-2x/hari, konsistensi
sedikit lunak
Anak menghabiskan makanannya
Anak tidak muntah lagi
Turgor kulit kembali normal
Mata tidak cowong
Mukosa mulut tidak kering
A
: Masalah teratasi sebagian
P
: Intervensi 1-4 dilanjutkan
|
|
I
II
III
|
Senin
4
nopember 2013
Selasa
5
Nopember
2013
Rabu
6
nopember 2013
|
S :
O : Skala nyeri 0
Anak tidak rewel lagi
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
S :
O : Anak BAB dengan konsistensi
lunak
Anak tidak muntah lagi
Anak menghabiskan porsi makannya
Leukosit normal
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
S :
O : K U baik
BAB 2x sehari
Konsistensi feses padat
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
|
DAFTAR PUSTAKA
A.H.
Markum, 1991, Buku Ajar Kesehatan Anak, jilid I, Penerbit FKUI
Ngastiyah,
997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta
Price
& Wilson 1995, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku
1, Ed.4, EGC, Jakarta
Soetjiningsih
1998, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta
Soeparman
& Waspadji, 1990, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI, Jakarta.
Suharyono,
1986, Diare Akut, lembaga Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta
Whaley
& Wong, 1995, Nursing Care of Infants and Children, fifth edition, Clarinda
company, USA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar