Selasa, 29 Oktober 2013

ASUHAN KEPERAWATAN DIARE

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.“A” DENGAN
GANGGUAN SISTEM DIGESTIF “ DIARE” DI RUANG ANAK
 RS. M. HOESIN PALEMBANG TAHUN 2013




LOGO AKPER SAPTA MARGA PLG
 









Di Susun Oleh :

1.      Ahmad Mulkan Aziman
2.      Chandra Gunawan
3.      Iwan Hartanto
4.      Meilinda Triwahyuni
5.      Muhammad Daroni Ali
6.      Pera Ernawati
7.      Riza Umami
8.      Subhan

Dosen Pembimbing :
Tjubianto, SPd


AKADEMI KEPERAWATAN SAPTA KARYA PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2013-2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran allah SWT yang  telah  memberikan rahmat serta karunia-Nya  kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah  ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Asuhan Keperawatan Diare”.
            Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
            Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.



Penulis, Oktober 2013


Penulis



DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar............................................................................................... ii
Daftar Isi......................................................................................................... iii
BAB.I.LAPORAN PENDAHULUAN.........................................................
1.1.Konsep Dasar Keperawatan..........................................................
1.1.1.Pengertian................................................................................
1.1.2.Anatomi Fisiologi.....................................................................
1.1.3.etiologi
1.1.4.Tanda Dan Gejala....................................................................
1.1.5.Klasifikasi................................................................................
1.1.6.Patofisiologi.............................................................................
1.1.7.Badan Patofisiologi..................................................................
1.1.8.Prognosis..................................................................................
1.1.9.Komplikasi...............................................................................
1.1.10.Pemeriksaan diagnostik..........................................................
1.1.11.Penatalaksanaan Medis..........................................................
1.2.Konsep Dasar Keperawatan..........................................................
1.2.1.Pengkajian...............................................................................
1.2.2.Diagnosis.................................................................................
1.2.3.Intervensi................................................................................
1.2.4.Implementasi...........................................................................
1.2.5. Evaluasi..................................................................................
BAB.II.TINJAUAN KASUS
2.1.Pengkajian.........................................................................................
2.2.Analisa Data......................................................................................
2.3.Diagnosa Keperawatan.....................................................................
2.4.Intervensi..........................................................................................
2.5.Implementasi.....................................................................................
2.6.Evaluasi.............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
(TINJAUAN TEORI)
1.1.  Konsep Dasar Penyakit
1.1.1.      Pengertian
Menurut Nelson (2000), Gastroentristis adalah infeksi saluran pencernaan oleh berbagai enteropatogen, termasuk bacteria, virus dan parasit. (Nelson,2000).
Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair. ( Suradi & Rita, 2001).
Diare adalah frekuensi frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak; konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lender dan darah atau lender saja. (Ngastiyah,2000).
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.



1.1.2   Anatomi Fisiologi
Saluran gastrointestinal yang berjalan dari mulut melalui esophagus, lambung dan usus sampai anus. Esofagus terletak di mediastinum rongga torakal, anterior terhadap tulang punggung dan posterior terhadap trakea dan jantung, Selang yang dapat mengempis ini, yang panjangnya kira-kira 25 cm (10 inci) menjadi distensi bila makanan melewatinya.
Bagian sisa dari saluran gastrointestinal terletak didalam rongga peritoneal. Lambung ditempatkan dibagian atas abdomen sebelah kiri dari garis tengah tubuh, tepat dibawah diafragma kiri. Lambung adalah suatu kantung yang dapat berdistensi dengan kapaitas kira-kira 1500ml. Lambung dapat dibagi ke dalam empat bagian anatomis, kardia, fundus, korpus dan pylorus.
Usus halus adalah segmen paling panjang dari saluran gastrointestinal, yang jumlah panjangnya kira-kira dua pertiga dari panjang total saluran. Untuk sekresi dan absorbs, usus halus dibagi dalam 3 bagian yaitu bagian atas disebut duodenum, bagian tengah disebut jejunum, bagian bawah kanan disebut ileum. Pertemuan antara usus halus dan usus besar terletak dibagian bawah kanan duodenum. Ini disebut sekum pada pertemuan ini yaitu katup ileosekal. Yang berfungsi untuk mengontrol isi usus ke dalam usus besar, dan mencegah refluks bakteri kedalam usus halus. Pada tempat ini terdapat apendiks vemiformis. Usus besar terdiri dari segmen asenden pada sisi kanan abdomen, segmen transversum yang memanjang dari abdomen atas kanan ke kiri dan segmen desenden pada sisi kiri abdomen. Yang mana fungsinya mengabsorbsi air dan elektrolit yang sudah hampir lengkap pada kolon. Bagian ujung dari usus besar terdiri dua bagian. Kolon sigmoid dan rectum kolon sigmoid berfungsi menampung masa fecces yang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung. Kolon mengabsorbsi sekitar 8000 ml kapasitas absorbsi usus besar adalah 2000 ml perhari. Bila jumlah ini dilampaui, misalnya adalah karena adanya kiriman yang berlebihan dari ileum maka akan terjadi diare.
berlanjut pada anus, jalan keluar anal diatur oleh jaringan otot lurik yang membentuk baik sfingter internal dan eksternal.

1.1.3   Etiologi
Menurut : (Hassan Rusepno, 2005 :283-284) Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa factor, yaitu :
a.       Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
b.      Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
c.       Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
d.      Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.
e.       Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).

1.1.4   Tanda dan gejala
Mula-mula pasien cengeng, gelisah suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair mungkin disertai lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defeksi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan gangguan keseimbangan asam basa, dan elektrolit. Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai nampak, yaitu berat badan turun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi) selaput lendir dan bibir, bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang dan berat. Bila berdasarkan tonisitas plasma dibagi menjadi dehidrasi hipotonik, isotonik dan hipertonik. (Ngastiyah, 2005 : 226)



1.1.5   Klasifikasi
Klasifikasi gastroenteritis menurut Kapita Selekta edisi 3, 1999:
a.    Gastroenteritis koleriform
Disebabkan oleh fibrio, eschercia colli, clostriclia, dan intoksikosi makanan.
b.    Gastroenteritis degentriforin
Disebabkan oleh sigella , salmonella, entamoeba histolitica Adanya peningkatan frekuensi buang air besar dan keenceran tinja merupakan akibat dari iritasi usus oleh suatu patogen yang mempengaruhi lapisan usus sehingga terjadi peningkatan produk-produk sekretorik dan peningatan motilitas usus. Ini menyebabkan banyak air dan mineral terbuang karena waktu penyerapan berkurang sehingga penderita gastroenteritis dapat mengalami dehidrasi.


Berdasarkan keadaan klinik, dehidrasi dapat dibagi 3 (Soeparman, 1997):
a.       Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2-5% dari berat badan Gambaran klinis: dehidrasi, turgor kurang, suara serak, penderita belum jatuh dalam keadaan preshock.
b.      Dehidrasi sedang
Kehilangan cairan 5-10% dari berat badan. Gambaran klinis: turgor jelek, serak, penderita jatuh, preshock, nadi cepat, nafas cepat dan dalam.
c.       Dehidrasi berat
Kehilangan cairan lebih dari 10% dari berat badan Gambaran klinis: turgor jelek, serak, penderita jatuh preshock atau  shock nadi cepat, nafas cepat dan dalam, kesadaran menurun, otot kaku, sianosis.
Perhitungan balance
Jumlah cairan yang masuk:
-       Air (makanan, minuman)
-       Cairan infus
-       Air metabolisme
-       Injeksi
Jumlah cairan yang keluar
-       Urine
-       IWL
-       Feses
-       Muntah, perdarahan, cairan drain, NGT




Catatan:
1.  Urine normal > 0,5 – 1 cc / kg BB/jam
2.  Feses 100 cc/hari
3   WIL:        Dewasa  15 cc / kg BB/hari
Anak (30 – usia) cc/kg BB/hari
Kenaikan suhu IWL + 200 (suhu badan – 36,8oC
4.  Air metabolisme balita: 8 cc/kg BB/hari

1.1.6   Patofisiologi
Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan faktor diantaranya pertama faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk ke dalam saluran perncernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorbsi cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri akan menyebabkan sistem transport aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat. Kedua, faktor malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare. Ketiga, faktor makanan ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makan yang kemudian menyebabkan diare. Keempat, faktor psikologis dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat menyebabkan diare. (A. Aziz Alimul Hidayat, 2006).





1.1.7   Bagan Patofisiologi


1.1.8   Prognosis
Tidak ada pengobatan khusus untuk Gastroenteritis virus kecuali beristirahat dan minum banyak. Kebanyakannya sembuh tanpa kerumitan, namun Gastroenteritis virus bisa parah bagi orang yang mempunyai kesulitan mengganti cairan tubuh yang hilang karena muntah dan diarenya.
1.1.9   Komplikasi
Menurut Broyles (1997) komplikasi diare  ialah: dehidrasi, hipokalemia, hipokalsemia, disritmia jantung (yang disebabkan oleh hipokalemia dan hipokalsemia), hiponatremia, dan shock hipovolemik.
1.1.10    Pemeriksaan Diagnostik
-         Pemeriksaan tinja.
-         Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup, bila memungkinkan.
-         Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
-         Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik.
1.1.11.  Penatalaksanaan
Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam mengatasi pasien diare. Hal sederhana seperti meminumkan banyak air putih atau oral rehidration solution (ORS) seperti oralit harus cepat dilakukan. Pemberian ini segera apabila gejala diare sudah mulai timbul dan kita dapat melakukannya sendiri di rumah. Kesalahan yang sering terjadi adalah pemberian ORS baru dilakukan setelah gejala dehidrasi nampak.
Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit secara intravena merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau dengan kata lain perlu diinfus. Masalah dapat timbul karena ada sebagian masyarakat yang enggan untuk merawat-inapkan penderita, dengan berbagai alasan, mulai dari biaya, kesulitam dalam menjaga, takut bertambah parah setelah masuk rumah sakit, dan lain-lain. Pertimbangan yang banyak ini menyebabkan respon time untuk mengatasi masalah diare semakin lama, dan semakin cepat penurunan kondisi pasien kearah yang fatal.
Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS. Apabila kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus penyebab diare dapat diatasi sendiri oleh tubuh (self-limited disease).
Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia lamblia, Entamoeba coli perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional, artinya antibiotik yang diberikan dapat membasmi kuman.
Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan antibiotik, maka pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan untuk menentukan penyebab pasti. Pada kasus diare akut dan parah, pengobatan suportif didahulukan dan terkadang tidak membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah membaik.
1.2.  Konsep Dasar Keperawatan
1.2.1.   Pengkajian
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, pemeriksaan fisik. Pengkaji data menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah :
1.      Identitas klien.
2.      Riwayat keperawatan.
-         Awalan serangan : Awalnya anak cengeng,gelisah,suhu tubuh meningkat,anoreksia kemudian timbul diare.
-         Keluhan utama : Faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
3.      Riwayat kesehatan masa lalu.
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.
4.      Riwayat psikososial keluarga.
Hospitalisasi akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga, kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak, setelah menyadari penyakit anaknya, mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.
5.      Kebutuhan dasar
-         Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit atau jarang.
-         Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan penurunan berat badan pasien.
-         Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
-         Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
-         Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen.

6.      Pemerikasaan fisik.
a.       Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah, kesadaran  composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.

b.      Pemeriksaan sistematik :
-            Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan.
-            Perkusi : adanya distensi abdomen.
-            Palpasi : Turgor kulit kurang elastis
-            Auskultasi : terdengarnya bising usus.
c.       Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang.
d.      Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan menurun.
e.       Pemeriksaan penunjang.
f.       Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk mengetahui penyebab secara kuantitatip dan kualitatif.




1.2.2. Diagnosa Keperawatan
a.         Kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual).
b.        Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus.
c.         Nyeri (akut) b.d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
d.        Kecemasan keluarga b.d perubahan status kesehatan anaknya
e.         Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b.d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.
f.         Kecemasan anak b.d perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang baru.

1.2.3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa I  :  Kekurangan volume cairan b/d kehilangan
  melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual).
Tujuan     : Kebutuhan cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda-tanda dehidrasi
a.       Berikan cairan oral dan parenteral sesuai dengan program dehidrasi
b.      Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan
Pantau intake dan output. yang keluar bersama feses.
c.       Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan kebutuhan cairan pengganti.
d.      Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium Menilai status hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa
e.       Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif
Pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab diare diketahui
Diagnosa II : Perubahan  nutrisi    kurang   dari kebutuhan tubuh b/d   gangguan absorbsi  nutrien dan peningkatan peristaltik usus.
Tujuan         : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria terjadi peningkatan berat badan
a.       Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut.
Menurunkan kebutuhan metabolic
b.      Pertahankan status puasa selama fase akut (sesuai program terapi) dan segera mulai pemberian makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk menurunkan peristaltik sehingga terjadi kekurangan nutrisi. Pemberian makanan sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis klien memungkinkan.
c.       Bantu pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program diet Memenuhi kebutuhan nutrisi klien
d.      Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi Mengistirahatkan kerja gastrointestinal dan mengatasi/mencegah kekurangan nutrisi lebih lanju

Diagnosa III: Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
Tujuan         : Nyeri berkurang dengan kriteria tidak terdapat lecet pada  perirektal
a.       Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi.
Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan mengurangi nyeri
b.      Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti masase punggung dan kompres hangat abdomen
c.       Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian klien dan meningkatkan kemampuan koping
d.      Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi dan berikan perawatan kulit
e.       Melindungi kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi
f.       Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai indikasi
g.      Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan spasme traktus GI dapat diberikan sesuai indikasi klinis
h.      Kaji keluhan nyeri dengan Visual Analog Scale (skala 1-5), perubahan karakteristik nyeri, petunjuk verbal dan non verbal
i.        Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan intervensi selanjutnya

Diagnosa IV: Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya.
Tujuan        : Keluarga mengungkapkan kecemasan berkurang.
a.       Dorong keluarga klien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik tentang mekanisme koping yang tepat.
b.      Membantu mengidentifikasi penyebab kecemasan dan alternatif pemecahan masalah
c.       Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada orang tua klien yang anaknya mengalami masalah yang sama
d.      Membantu menurunkan stres dengan mengetahui bahwa klien bukan satu-satunya orang yang mengalami masalah yang demikian
e.       Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam membantu klien.
f.       Mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu peningkatan kecemasan.

Diagnosa V  :  Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi,   
                         prognosis dan kebutuhan terapi b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.
Tujuan          :  Keluarga akan mengerti tentang penyakit dan
pengobatan anaknya, serta  mampu men demonstrasi
kan perawatan anak di rumah.
a.       Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan tentang penyakit dan perawatan anaknya.
b.      Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta latar belakang pengetahuan sebelumnya.
c.       Jelaskan tentang proses penyakit anaknya, penyebab dan akibatnya terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari aktivitas sehari-hari.
d.      Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi keluarga klien dan keluarga dalam proses perawatan klien
e.       Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian serta efek samping yang mungkin timbul
f.       Meningkatkan pemahaman dan partisipasi keluarga klien dalam pengobatan.
g.      Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi
h.      Meningkatkan kemandirian dan kontrol keluarga klien terhadap kebutuhan perawatan diri anaknya







Diagnosa VI        : Kecemasan anak b.d Perpisahan dengan orang tua,    
                        lingkungan yang baru
Tujuan         : Kecemasan anak berkurang dengan kriteria   
                        memperlihatkan  tanda-tanda kenyamanan
a.       Anjurkan pada keluarga untuk selalu mengunjungi klien dan berpartisipasi dalam perawatn yang dilakukan Mencegah stres yang berhubungan dengan perpisahan
b.      Berikan sentuhan dan berbicara pada anak sesering mungkin Memberikan rasa nyaman dan mengurangi stress
c.       Lakukan stimulasi sensory atau terapi bermain sesuai dengan ingkat perkembangan klien Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan secara optimum
1.2.4.  Implementasi
Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah direncanakan sebelumnya.
1.2.5.  Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai. Bila ada yang belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun rencana, kemudian dilaksanakan dalam implementasi keperawatan lalau dievaluasi, bila dalam evaluasi belum teratasi maka dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya sampai tujuan tercapai.

 







BAB II
TINJAUAN KASUS
            2.1.  Pengkajian
2.1.1.     Identitas Pasien
Nama                              : An”A”
Tempat Tanggal Lahir    : 28 Oktober 2012
Umur                              : 1 Tahun
Jenis Kelamin                 : Perempuan
Agama                            : Islam
Alamat                           : Jalan Demang Lebar Daun No. 2628
Tanggal Masuk               : 28 Oktober 2013, Pukul 07.30 Wib
Tanggal Pengkajian        : 28 Oktober 2013, Pukul 09.30 Wib
Diagnosa Medis             : Gastroenteritis
2.1.2.    Penanggung Jawab
Nama Ayah                    : Ny ”H”
Umur                              : 28 Tahun
Jenis Kelamin                 : Perempuan
Pekerjaan                        : Wiraswasta
Pendidikan                     : SMA
Hubungan                      : Anak kandung
Alamat                           : Jalan Demang Lebar Daun No. 2628.


2.1.3.   Keluhan Utama
Alasan masuk dengan keluhan BAB yang sedikit tapi sering sekitar 10 kali perhari.
2.1.4.   Keadaan Umum
Tingkat kesadaran compos mentis, tinggi  badan 65  cm, BB 10 kg, LILA 12 cm, lingkar kepala 30 cm, TTV: Suhu: 38 C, Nadi 120 x/menit, RR 40 x/menit, keluhan lain BAB berlendir dan berdarah serta encer.
2.1.4.  Riwayat kesehatan
Keluhan utama BAB cair,sehari biasa 10 kali. . Pada riwayat kesehatan dahulu tidak ada penyakit berat dan tidak perna dioperasi, keluarga tidak ada penyakit menular atau keturunan.

























 









 


keterangan :
:  Laki-laki
:  Perempuan
:  Laki-laki/Perempuan yang sudah Meninggal
:  Pasien/Klien
:  Tinggal satu rumah
:  Cerai/Putus Hubungan





2.1.5.   Riwayat Imunisasi
Imunisasi belum lengkap, imunisasi yang didapat adalah BCG, DPT, Polio, imunisasi yang belum didapat adalah Campak, waktu imunisasi adalah sebelum dirawat di RS.
2.1.6.   Psikososial
Hubungan dengan anggota keluarga anak sangat dekat dengan ayah dan ibunya. tidak ada teman sebaya. karakter periang
2.1.7.   Riwayat Tumbuh Kembang
Motorik halus, motorik kasar, kognitif dan bahasa berkembang dengan baik
2.1.8.   Jenis Kebutuhan
a.       Makanan, pada kondisi sehat nakan teratur, makanan air tajin, 3x/ hari. selama sakit ps tidak diperbolehkan minum susu sapi oleh dokter, intake inadekuat, mengisap putting susu lemah, ASI diberikan tidak adekuat, ibu jarang menyusui bayinya.
b.      Cairan, selama sehat ps minum susu teratur, selama sakit masukan oral sebayak 300cc dan pemasukan parenteral sebanyak 250cc total 550 cc.
c.       Eliminasi, selama sehat frekuensi BAK 2-3 kali perhari, warna kuning bening bau khas, jumlah 350- 400 cc/ hari. selama sakit frekuensi 10 kali perhari, warna kuning, bau khas, tidak terpasang kateter, ada tahana waktu BAK, ps tampak mengedan saat BAK.  BAB selama sehat 2-3 x / hari, konsistensi lembek, mengikuti bentuk kolon. warna dan bau tidak terkaji. waktu sakit BAB 10 x /  hari dengan konsistensi encer, tidak mengikuti bentuk kolon, warna kuning kemerahan, bau amis, jumlah tidak terkaji, ada lendir dan darah, ps tampak mengedan saat BAB dan meringis, tidak ada pemakaian laksatif.
d.      tidur, selama sehat pola tidur teratur, malam 9-10 jam, siang 1,5 jam, jumlah jam tidur 11,5 jam. waktu sakit, pola teratur, malam 9-10 jam, siang 11,5 jam,
e.       kebutuhan bermain, waktu sehat, jenis permainan tepuk tangan frekuensi sering jika ps tidak bisa tidur, 16 menit tiap bermain, teman bermain ibu pasien. waktu sakit permainan sama.
2.1.9.   Pemeriksaan Fisik
a.       kepala :  lingkar kepala 30 cm, distribusi rambut hanya dibagian atas saja tekstur rambut halus, warna hitam, tidak ada lesi, wajah agak pucat.
b.      Mata : mata simetris, palpebra tidak ada pembengkakan, konjungtiva agak pucat, sclera putih,m ukuran pupil 2 cm, reaksi pupil +/+ kiri dan kanan, mata cekung.
c.       Hidung : hidung simetris, warna sama dengan kulit sekitar, bersih, septumdan konka hidung tidak ada kelainan, tidak ada sekret dan polip.
d.      Telinga: posis sejajar kiri dan kana, tidak ada secret, membrane timpani tidak ada peradangan, ketajaman penuh. Tidak ada nyeri aurikel dan mastoid.
e.       Mulut : simetris, bersih, bibir normal, gigi belum ada, tonsil normal.
f.       Thorak / dada paru : bentuk normal chest, simetris, pernafasan dada, gerakan paru simetris, ekspansi dada simetris, taktil fremitus teraba, sura paru sonor, suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan.
g.      Jantung: iktus kordis tidak terlihat, precordial fraction rub tidak terlihat, iktus kordis teraba, batas jantung jelas dan tidak ada pembesaran, suara organ jantung pekak, bunyi jantung S1 dan S2 terdengar, intensitas S1>S2 dan bunyi reguler.Tidak ada bunyi jantung tambahan.
h.      Abdomen dan anus : abdomen bentuk soepel, simetris, warna sama dengan kulit sekitar, tidak ada lesi dan asites. Bising usus 38 x / menit, bunyi bruit tidak terdengar. Suara abdomen tympani, tidak terdapat massa dan pembesaran, titik mc burney tidak ada nyeri, tanda peritonitis tidak ada. Palpasi dalam pada hepar dan limpa tidak terdapat pembesaran dan nyeri. Warna anus merah muda / kemerah-merahan. terdapat lesi, tidak ada fistula dan hemoroid.
i.        Genitalia : simetris, tidak terpasang kateter dan tidak ada kelainan.
j.        Ektremitas dan punggung : punggung tidak ada lesi, tidak ada nyeri dan kelainan tulang belakang. Ekstremitas simetris, tidak ada edema dan deformitas tulang. Palpasi tulang dan sendi normal. Kekuatan otot 5. Tidak ada keterbatasan gerak.
k.      Kulit : lesi tidak ada, kulit lembab, turgor elastisitas, tekstur elastic, tidak ada kemerah merah.
2.1.10.   Pemeriksaan Neurologis
  Reflek fisiologis: babynski +, rooting +, soaking lemah, bayi malas mengisap putting susu ibunya, reflek meningeal: kejang + tiap sebentar,sekitar 5 detik.

2.1.11.   Hasil Pemeriksaan Diagnostic
-          Pemeriksaan Hb = 9,8 gr% ( 28 Oktober  2013)
-          Pemeriksaan Hb = 10,2 gr% (29 Oktober 2013)
-          Pemeriksaan Hb = 10,7 gr% (30 Oktober 2013)

2.1.12.  Terapi Yang Diberikan
  28 Oktober 2013:
  Luminal 2 x  15 mg
  Oralit 50 mg tiap mencret
  Diit ML 700 kkal
  IVFD Kaen IIIB 28 tts / i
  29 Oktober 2013 :
  Luminal 2 x  15 mg
  Oralit 50 mg tiap mencret
  Diit ML 700 kkal
  IVFD Kaen IIIB 28 tts / i
                        30 Oktober  2013 :
  Luminal 2 x  15 mg
  Oralit 50 mg tiap mencret
  Diit ML 700 kkal
  IVFD Kaen IIIB 28 tts / i















2.2.    Analisa Data      
Nama Pasien        :  An”A”                      Tanggal   : 28 oktober 2013
Umur                   : 1 tahun                      No RM    : 238638
No.
Data Fokus
Penyebab
Masalah
1.
DS:
      Keluaga mengatakan BAB encer sudah 2 hari, jumlah sedikit.
DO:
     - Turgor kulit menurun, - mulut kering, -malas makan, -klien tampak lemah, - klien terpasang IVFD RL dtt xv/at


Infeksi virus, bakteri atau parasit
 


Dehidrasi


 


Turgor kulit menurun
Gangguan keseimbangan cairan
2.
DS:
         Ibu mengatakan bahwa perut anaknya kembung,
        
DO:
         -anak terlihat rewel, - K.u lemah
Infeksi virus, bakteri atau
    parasit


Peristaltik usus      
   menigkat


 


     Nyeri
Gangguan rasa Nyaman ( Nyeri)
3.
DS:
          - Ibunya mengatakan anaknya 10x BAB sebelum masuk rumah sakit

DO:
         - anak tampak lemas, -anak tampak rewel,- anak tampak BAB terus

Infeksi virus, bakteri atau
    parasit


    Lemas


 


Kesulitan BAB
Gangguan pola eliminasi BAB

2.3.  Diagnosa Keperawatan
·            Gangguan keseimbangan cairan b/d output yang berlebihan
·            Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d hiperperistaltik
·            Gangguan eliminasi BAB : diare b/d infeksi bakteri






2.4.    Intervensi Keperawatan
Nama Pasien        :  An”A”                      Tanggal : 29 Oktober 2013
Umur                   :  1 tahun                     No RM : 238638
No Dx
Tujuan dan KH
Intervensi
Rasional
1
s   Setelah dilakukan Tindakan Keperawatan 2x24 jam dengan Tujuan : volume cairan dan elektrolit dalam tubuh seimbang (kurangnya cairan dan elektrolit terpenuhi) Dengan KH :                  
-Turgor kulit cepat kembali
-Mata kembali normal
-membran mukosa basah
-intake output seimbang
1)      Pantau tanda kekurangan cairan
2)      observasi/cata hasil intake output cairan
3)      anjurkan anak untuk banyak minum
4)      jelaskan pada ibu tanda kekurangan cairan
5)      berikan terapi sesuai infuse RL
1)      Menentukan intervensi selanjutnya
2)      Mengetahui keseimbangan cairan
3)      mengurangi kehilangan cairan
4)      Meningkatkan partisipasi dalam perawatan

5)      Mengganti cairan yang keluar dan mengatasi diare
2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam dengan
Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi, klien terbebas dari distensi abdomen dengan KH :
- Klien tidak kesakitan
- Klien mengungkap verbal(-)
- Wajah rileks
Skala nyeri 0-3
1)      Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya (dengan skala 0-10)




2)      Anjurkan klien untuk menghindari allergen

3)      Lakukan kompres hangat pada daerah perut



4)      Kolaborasi dengan dokter dan tim medis lainnya
1)      Identifikasi karakteristik nyeri & factor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok & untuk mengevaluasi ke efektifan dari terapi yang diberikan.
2)      Mengurangi bertambah beratnya penyakit.


3)      Dengan kompres hangat, distensiabdomen akan mengalami relaksasi, pada kasus peradangan akut/peritonitis akan menyebabkan infeksi
4)      Kortikosteroid untuk mencegah reaksi alergi
3
=    Setlah dilakukan Tindakan Keperawatan 2x24 jam dengan
T   tujuan : Konsistensi BAB lembek, frekuensi 1kali perhari dengan KH :
TTV dalam batas normal
-          Nadi : 120x/menit
-          Suhu : 38 C
-          RR : 24x/menit
1)      Mengobservasi TTV

2)      Jelaskan pada pasien tentang penyebab dari diarenya
3)      pantau leukosit setiap hari

4)      kaji pola eliminasi klien setiap hari

5)      kolaborasi dengan Tim Gizi.
-          Konsul ahli gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan klien
1)      Kehilangan cairan yang aktif secara terus menerus akan mempengaruhi TTV
2)      Klien dapat mengetahui penyebab dari diarenya


3)      Berguna untuk mengetahui penyembuhan infeksi
4)      Untuk mengetahui konsistensi dan frekuensi BAB
5)      Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada kebutuhan


2.5.    Implementasi Keperawatan
Nama Pasien : An”A”                             Tanggal : 30 oktober 2013
Umur           : 1 tahun                              No RM : 238638
Tanggal/ hari
Jam
NoDx
Implementasi
Respon PS
Paraf
28 oktober2013
10.30wib
I
1)      Memantau tanda kekurangan cairan
2)      Mengobservasi/cata hasil intake output cairan
3)      menganjurkan anak untuk banyak minum
4)      menjelaskan pada ibu tanda kekurangan cairan
5)      memberikan terapi sesuai infuse RL
1)      Pasien tampak lemah

2)      Untuk mengetahui kebutuhan cairan

3)      agar klien dapat melakukan yang kita perintah
4)      agar ibu mengerti pentingnya kekurangan cairan didalam tubuh
5)      agar volume cairan pasien dapat terkontrol

29 oktober 2013
12.30wib
II
1)      Teliti keluhan nyeri, cacat intensitasnya ( dengan skala 0-10)
2)      Anjurkan klien untuk menghindari allergen
3)      Lakukan kompres hangat pada daerah perut

4)      Analgesik

1)      Skala nyeri 6, klien mengatakan nyeri daerah perut
2)      klien tidak mengalami alergi

3)      klien tampak tenang


4)      nyeri klien berkurang

30 oktober2013
16.30wib
III
1)      Mengobservasi TTV



2)      Jelaskan pada pasien tentang penyebab dan diarenya
3)      kaji pola eliminasi klien setiap hari
4)      kolaborasi
-          konsul dengan ahli gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan
1)      - Nadi : 120x/menit
-T : 36,5 C
-RR 24x/menit

2)      Klien tampak kooperatif


3)      klien BAB 2x sehari

4)      klien menghabiskan makanannya











2.6.  Evaluasi Keperawatan
Nama Pasien : An”A”                                Tanggal : 30 oktober 2013
Umur             : 1 tahun                              No RM  : 238638
No. Dx
Hari/tanggal
Catatan Perkembangan
Paraf
I





II






III
Senin, 28 oktober 2013



Selasa, 29 oktober 2013




Rabu , 30 oktober 2013
S:
O: - anak masih tampak lemas
     - Aktivitas klien dibantu ibu
A: Masalah belum teratasi
P : Intervensi 1-4 dilanjutkan

S :
O: -Anak masih terlihat rewel
    -anak masih memegangi perut nya
     Skala nyeri 3
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi 1,3,4,5, dan 6 dilanjutkan

S :
O : - Anak BAB 2x sehari
-Turgor kulit menurun
-mata tidak cekung
-anak tidak mau makan
-anak terlihat muntah
A : Masalah gangguan pola eliminasi BAB teratasi sebagian
P : Pertahankan intervensi 1-4 dilanjutkan
     Kaji intake output cairan setiap 8 jam

I







II




III
Kamis
1 Nopember 2013





Jumat
2            Nopember 2013



Sabtu  
3 nopember 2013
S: 
O: Anak terlihat lebih baik
    Turgor kulit kembali normal
    Mata tidak cowong
   Mukosa mulut tidak kering
A: Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

S :
O : Anak masih terlihat rewel
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

S :
O : Anak BAB 1-2x/hari, konsistensi     
      sedikit lunak
      Anak menghabiskan makanannya
      Anak tidak muntah lagi
      Turgor kulit kembali normal
      Mata tidak cowong
      Mukosa mulut tidak kering
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi 1-4 dilanjutkan

I





II







III
Senin
4 nopember  2013


Selasa 
5        Nopember 2013





Rabu
6 nopember 2013
S :
O : Skala nyeri 0
     Anak tidak rewel lagi
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

S :
O : Anak BAB dengan konsistensi lunak
     Anak tidak muntah lagi
     Anak menghabiskan porsi makannya
     Leukosit normal
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

S :
O : K U baik
      BAB 2x sehari
      Konsistensi feses padat
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

















DAFTAR PUSTAKA


A.H. Markum, 1991, Buku Ajar Kesehatan Anak, jilid I, Penerbit FKUI

Ngastiyah, 997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta

Price & Wilson 1995, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1,    Ed.4, EGC, Jakarta

Soetjiningsih 1998, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta

Soeparman & Waspadji, 1990, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI, Jakarta.

Suharyono, 1986, Diare Akut, lembaga Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta

Whaley & Wong, 1995, Nursing Care of Infants and Children, fifth edition, Clarinda company, USA.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar