Minggu, 27 Oktober 2013

MAKALAH Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)


ASUHAN KEPERAWATAN
DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DHF)




LOGO AKPER SAPTA MARGA PLG
 










Di Susun Oleh :

1.      Ahmad Mulkan Aziman
2.      Chandra Gunawan
3.      Iwan Hartanto
4.      Meilinda Triwahyuni
5.      Muhammad Daroni Ali
6.      Pera Ernawati
7.      Riza Umami
8.      Subhan

Dosen Pembimbing :
Tjubianto, SPd

AKADEMI KEPERAWATAN SAPTA KARYA PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2013-2014

 

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran allah SWT yang  telah  memberikan rahmat serta karunia-Nya  kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah  ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Asuhan Keperawatan Demam Berdarah Dengue”.
            Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
            Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.



Penulis, Oktober 2013


Penulis



DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar...................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................. iii
BAB.I.LAPORAN PENDAHULUAN.........................................................
1.1.Konsep Dasar Keperawatan..........................................................
1.1.1.Pengertian................................................................................
1.1.2.Etiologi.....................................................................................
1.1.3.Tanda Dan Gejala....................................................................
1.1.4.Klasifikasi................................................................................
1.1.5.Patofisiologi.............................................................................
1.1.6.Badan Patofisiologi..................................................................
1.1.7.Prognosis..................................................................................
1.1.8.Komplikasi...............................................................................
1.1.9.Pemeriksaan diagnostik............................................................
1.1.10.Penatalaksanaan Medis..........................................................
1.2.Konsep Dasar Keperawatan..........................................................
1.2.1.Pengkajian...............................................................................
1.2.2.Diagnosis.................................................................................
1.2.3.Intervensi................................................................................
1.2.4.Evaluasi...................................................................................
BAB.II.PENUTUP
2.1.Kesimpulan.......................................................................................
2.2.Saran.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
(TINJAUAN TEORI)
1.1.Konsep Dasar Penyakit
1.1.1.      Pengertian
Dengue Haemorrhagic Fever ( DHF ) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty (betina). ( Effendy Christantie, 1995 ).
Dengue Haemorrhagic Fever ( DHF ) adalah penyakit yang terdapat pada anak dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama. Uji tourniquet akan positif disertai ruam, tanpa ruam dan beberapa atau semua gejala perdarahan. (Hendarwanto, IPD, 1999 ).
Dengue Haemorrhagic Fever ( DHF ) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (betina). Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian terutama pada anak , serta sering menimbulkan kejadian luar biaa atau wabah. ( Suroso Thomas, FKUI, 2002 ).


1.1.2    Etiologi
Virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang terdiri dari 4 tipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4 (baca : virus dengue tipe 1-4). infeksi oleh satu tipe virus dengue akan memberikan imunitas yang menetap terhadap infeksi virus yang bersangkutan pada masa yang akan datang. Namun, hanya memberikan imunitas yang sementara dan parsial terhadap infeksi virus lainnya. Wabah dengue juga telah dissertai Aedes albopictus, Aedess polinienssiss, Aedess sscuttellariss tetapi vector tersebut kurang efektif dan kurang berperan karena nyamuk-nyamuk tersebut banyak terdapat didaerah perkebunan dan semak-semak, sedangkan Aedes aegypti banyak tinggal di sekitar pemukiman penduduk.
Adapun ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti adalah
a.       Berbadan kecil, warna hitam dan belang-belang
b.      Menggigit pada siang hari, yaitu rentang waktunya antara Pkl 08.00 – 10.00 pagi.
c.       Gemar hidup di tempat yang gelap dan lembab dan di baju-baju yang bergantungan
d.      Badannya mendatar saat hinggap
e.       Jarak terbangnya kurang dari 100 meter
f.       Banyak bertelur di genangan air yang terdapat pada sisa-sisa kaleng bekas, tempat penampungan air, bak mandi, ban bekas dan sebagainya.
1.1.3.   Tanda Dan Gejala
a.         Demam tinggi dan mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari
b.        Manifestasi perdarahan : uji rumpeleede positif, ptekiae, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena.
c.         Keluhan pada saluran pencernaan : mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, nyeri ulu hati.
d.        Nyeri sendi , nyeri kepala, nyeri otot, rasa sakit di daerah belakang bola mata (retro orbita), hepatomegali, splenomegali.
e.         Kadang ditemui keluhan batuk pilek dan sakit menelan.
1.1.4.   Klasifikasi
Klasifikasi Demam Berdarah Dengue menurut WHO (1975)
-         Derajat I
disertai gejala klinis lain tanpa perdarahan spontan, uji rumpeleede positif dan mudah memar.
-         Derajat II
Tanda pada derajat I disertai perdarahan spontan pada kulit berupa ptekiae dan ekimosis, epistaksis, muntah darah (hematemesis), melena, perdarahan gusi.
-         Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun, gelisah.
-         Derajat IV
Syok berat dimana nadi tidak teraba, tekanan darah tidak dapat diukur, kulit lembab dan dingin, tubuh berkeringat, kulit membiru. Merupakan manifestasi syok dan seringkali berakhir dengan kematian.
       1.1.5.  Patofisilogi
Virus dengue ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti yang mempunyai 4 tipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4, dimana keempat jenis ini dapat menyebabkan manifestasi klinis yang bermaca-macam dari asimptomatis sampai fatal. Dengue fever merupakan manifestasi klinis yang ringan, sedang Dengue Haemorrhagic Fever merupakan manifestasi klinis yang berat.
Setelah virus masuk ke dalam tubuh, maka akan terjadi replikasi virus kemudian akan terjadi viremia yang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh , sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot dan sendi, ruam atau bintik merah pada kulit, hiperemi tenggorokan dan pada keadaan yang lebih berat mungkin akan terjadi pembesaran kelenjar getah bening, hepatomegali dan splenomegali.
Gigitan nyamuk yang pertama mungkin tidak menimbulkan gejala atau dapat juga terjadi dengue fever yaitu reaksi tubuh ringan yang merupakan reaksi yang biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi akan berat jika penderita mengalami infeksi berulang (ke-2) terutama jika oleh virus yang berbeda pada infeksi yang pertama sehingga terjadi reaksi antigen-antibody dan akan menimbulkan kompleks antigen-antibody (kompleks virus-antibody). Keadaan ini dapat menyebabkan beberapa hal yaitu:
a.       Aktivasi system komplemen yang berakibat dilepaskannya anafilatoxin yang menyebabkan peningkatan permeabilitas dindingpembuluh darah dan terjadinya perembesan plasma dari ruang intravascular ke ruang ekstravaskular. Perembesan plasma ini menyebabkan berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi pleura dan renjatan (syok).
b.      Timbulnya agregasi trombosit yang melepakan ADP akan mengalami metamorfosis. Trombosit yang mengalami metamorfosis akan dimusnahkan oleh system retikuloendotel dengan akibat trombositopenia hebat dan perdarahan.
c.       Terjadinya aktivasi faktor Hageman (faktor XII) dengan akibat akhir terjadipembekuan intravascular yang meluas. Dalam proses aktivasi ini plasminogen akan menjadi plasmin yang berperan dalam pembentukkan anafhilatoxin dan penghancuran fibrin menjadi fibrin degradation product. Kemudian meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah sehingga terjadinya perembesan plasma dari ruang intravascular ke ruang ekstravaskular



















1.1.6.   Bagan patofisiologi
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhoC3CRzvb61mYhjWx9gQ7IDlK05pmGINVqjEcMVyv7WXy8NaqvNnAaP7_oxiKKMD5aGuQrtysDwteW57azOubGWxKnayEqDE_amd0f1qOMb1OFjdP9ymtq5XauPhyphenhypheneJKlyP6_qVokPmwc/s1600/Patoflow+DHF.png
1.1.7.   Prognosis
Prognosis DBD berdasarkan kesuksesan dalam tetapi dan penetalaksanaan yang dilakukan. Terapi yang tepat dan cepat akan memberikan hasil yang optimal.
Penatalaksanaan yang terlambat akan menyebabkan komplikasi dan penatalaksanaan yang tidak tapat dan adekuat akan memperburuk keadaan. 
Kematian karena demam dengue hampir tidak ada. Pada DBD/SSD mortalitasnya cukup tinggi. Penelitian pada orang dewasa di Surabaya, Semarang, dan Jakarta menunjukkan bahwa prognosis dan perjalanan penyakit umumnya lebih ringan pada orang dewasa dibandingkan pada anak-anak.
DBD Derajat I dan II akan memberikan prognosis yang baik, penatalaksanaan yang cepat, tepat akan menentukan prognosis. Umumnya DBD Derajat I dan II tidak menyebabkan komplikasi sehingga dapat sembuh sempurna. 
DBD derajat III dan IV merupakan derajat sindrom syok dengue dimana pasien jatuh kedalam keadaan syok dengan atau tanpa penurunan kesadaran. Prognosis sesuai penetalaksanaan yang diberikan.
1.1.8.   Komplikasi
a. Syok hipovolemik
b. Anoksia jaringan
c. Asidosis metabolik
1.1.9.   Pemeriksaan Diagnostik
                          a.  Labotatorium
1)    Darah
a) Trombosit
b) Hemoglobin
c) Hematokrit
d) Elektrolit serum
e) Pemeriksaan gas darah
 2)    Urine                           
b.   Pemeriksaan radiology
c.   USG
       1.1.10. Penatalaksanaan Medis
a.  Pemberian minum 1- 2 liter per hari, pemberiaan oralit, jus buah juga baik untuk mengatasi kekurangan volume cairan
b.  Antipiretik
c.  Kompres hangat
d.  Monitor TTV dan tanda-tanda perdarahan
e.  Antibiotic
f.  Diazepam, jika kejang
g.  Pemberian cairan intravena (Ringer Lactat, Nacl 0,9 %, Dextrose 5 %)
h.  Bila hematokrit meningkat beri cairan plasma (Dekstran, albumin 5 %)
i.  Pemberian tranfusi darah
j.  Jika asidosis metabolic beri natrium Bikarbonat





1.2.   Konsep Dasar Keperawatan
1.2.1.      Pengkajian
a)      Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
-       Riwayat demam dengue, dengan minum penurun panas dan istirahat demam tidak dirasakan lagi
-       Lingkungan rumah yang berdempet, banyak air tergenang, pembuangan barang-barang bekas dan kaleng-kaleng bekas sembarangan
-       Riwayat demam kembali dengan tanda-tanda perdarahan (tanda-tanda perdarahan yang khas dari demam berdarah dengue)
b)       Pola nutrisi metabolic
-       Intake menurun karena mual dan muntah
-       Adakah penurunan BB?
-       Adakah kesulitan menelan?
-       Demam tinggi yang tiba-tiba sampai kadang menggigil selama 2-7 hari
c)      Pola eliminasi
-       Konstipasi
-       Diare
-       Tinja berwarna hitam pada perdarahan hebat
-       Produksi urine menurun (kurang dari 1cc/KgBb/jam) pada syok
d)    Pola aktivitas dan latihan
-       Badan lemah, nyeri otot dan sendi
-       Tidak bisa beraktivitas, pegal-pegal seluruh badan
e)    Pola istirahat dan tidur
-       Istirahat dan tidur terganggu karena demam, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, gelisah
f)    Pola persepsi kognitif
-       Apakah yang diketahui klien dan keluarga tentang penyakitnya?
-       Apakah yang diharapkan klien/keluarga terhadap sakitnya
g)    Pola persepsi dan konsep diri
-       Apakah klien merasa puas terhadap keadaan dirinya?
-       Adakah perasaan malu terhadap penyakitnya?
h)    Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
-       Adanya perasaan cemas, takut terhadap penyakitnya
-       Ingin ditemani orang tua atau orang terdekat saat sakit
i)     Pola reproduksi seksual
-       Pada anak perempuan apakah ada perdarahan pervagina (bukan menstruasi)?
j)     Pola sistem kepercayaan
-        Menyerahkan penyakitnya kepada Tuhan / pasrah
-        Menyalahkan Tuhan kaerna penyakitnya
-        Memanggil pemuka agama untuk mendoakan
1.2.2.      Diagnosa keperawatan
a.       Hipertermi yang berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
b.      Risiko tinggi kekurangan volume cairan vascular yang berhubungan dengan pindahnya cairan dari ruang intravascular ke ruang ekstravaskular
c.       Risiko tinggi syok hipovolemik yang berhubungan dengan perdarahan
d.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat.
1.2.3.      Intervensi Keperawatan
a.       Diagnosa keperawatan : Hipertermi yang berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
Tujuan : hipertermi dapat teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria hasil :
-         Suhu tubuh normal (36-370 C)
-         Pasien mengatakan tidak panas lagi






Intervensi
rasionalisasi
-         Observasi TTV : suhu, nadi, tekanan darah, pernapasan
-         Berikan penjelasan tentang penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh
-         Beri kompres hangat di daerah ketiak dan dahi



-         Anjurkan klien banyak minum ± 1-2 liter / hari.
-         TTV merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien
-         keterlibatan keluarga sangat berarti dalam proses penyembuhan pasien di rumah sakit
-         kompres hangat memberikan efek vasodilatasi pembuluh darah sehingga dapat meningkatkan pengeluaran panas tubuh melalui pori-pori
-         suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak
b.      Diagnosa keperawatan : Risiko tinggi kekurangan volume cairan vascular yang berhubungan dengan pindahnya cairan dari ruang intravascular ke ruang ekstravaskular
Tujuan : kekurangan volume cairan tidak terjadi setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria hasil :
-           Klien tidak mengalami kekurangan volume cairan vaskuler yang ditandai dengan TTV stabil dalam batas normal
-           Produksi urine 1 cc/KgBb/jam
-           Tidak ada tanda-tanda dehidrasi.

intervensi
rasionalisasi
-         Observasi TTV : suhu, nadi, tekanan darah, pernapasan
-         Kaji tanda dan gejala kurang volume cairan (selaput mukosa kering, rasa haus dan produksi urine menurun)
-         Monitor dan catat cairan yang masuk dan keluar
-         Beri minum yang cukup dan sesuaikan dengan jumlah cairan infuse.
-         TTV merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien
-         deteksi dini kurang volume cairan


-         mengetahui keseimbangan cairan yang masuk dan keluar
-         minum cukup untuk menambah volume cairan dan sesuaikan dengan cairan infuse untuk mencegah kelebihan cairan.
c.       Diagnosa keperawatan : Risiko tinggi syok hipovolemik yang berhubungan dengan perdarahan
Tujuan : syok hipovolemik tidak terjadi setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria hasil :
-         TTV stabil dalam batas normal
-         Hematokrit dalam batas normal ( L : 40-52 %, P : 35-47 % )
-         Hemoglobin dalam batas normal ( L : 11,5-16,5 g/dL, P : 13-17,5 g/dL )
-         Trombosit dalam batas normal (150.000-400.000 /mm3 )
-         Tidak terjadi tanda-tanda syok

intervensi
rasionalisasi
-         Observasi TTV : suhu, nadi, tekanan darah, pernapasan
-         Monitor tanda-tanda perdarahan



-         Observasi perkembangan bintik-bintik merah di kulit, keringat dingin, kulit lembab dan dingin serta tanda-tanda sianosis
-         Bila terjadi syok hipovolemik, baringkan pasien dalam posisi datar

-         TTV merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien
-         perdarahan yang tepat diketahui dapat segera diatasi sehingga pasien tidak sampai ke tahap hipovolemik akibat perdarahan hebat
-         mengetahui tanda-tanda terjadinya syok sehingga dapat menentukan intervensi secepatnya

-         menghindari kondisi yang lebih buruk.

d.      Diagnosa keperawatan : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria hasil :
-         Klien mengalami peningkatan selera makan dan mampu menghabiskan 1 porsi makanan yang disediakan
-         Mual, ¬muntah hilang
-         Berat badan dalam batas normal

intervensi
rasionalisasi
-         Kaji keluhan mual, muntah dan anoreksia yang dialami pasien
-         Kaji pola makan pasien, catat porsi makan yang dihabiskan setiap hari
-         Timbang berat badan pasien setiap hari
-         Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makan dalam porsi kecil tetapi sering
-         untuk menentukan intervensi yang sesuai dengan kondisi pasien
-         mengetahui masukan nutrisi pasien


-         mengetahui kecukupan nutrisi pasien

-         mencegah pengosongan lambung
a.       Evaluasi Suhu tubuh normal (36-370 C).
b.      Kekurangan volume cairan vascular tidak terjadi dan pasien tidak mengalami kekurangan volume cairan.
c.       Syok hipovolemik tidak terjadi, pasien tidak mengalami perdarahan yang berlebihan seperti hematemesis, melena, perdarahan gusi, epistaksis dan ptekiae.
d.      Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.


BAB II
PENUTUP
2.1. Kesimpulan
Dengue Haemorrhagic Fever ( DHF ) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty (betina). ( Effendy Christantie, 1995 ).
Virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang terdiri dari 4 tipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4 (baca : virus dengue tipe 1-4). infeksi oleh satu tipe virus dengue akan memberikan imunitas yang menetap terhadap infeksi virus yang bersangkutan pada masa yang akan datang. Namun, hanya memberikan imunitas yang sementara dan parsial terhadap infeksi virus lainnya. Wabah dengue juga telah dissertai Aedes albopictus, Aedess polinienssiss, Aedess sscuttellariss tetapi vector tersebut kurang efektif dan kurang berperan karena nyamuk-nyamuk tersebut banyak terdapat didaerah perkebunan dan semak-semak, sedangkan Aedes aegypti banyak tinggal di sekitar pemukiman penduduk.
2.2. Saran
Di dalam kehidupan sehari-hari sebaik nya menerapkan 3 M yaitu menguras menutup dan mengubur supaya terhindar dari demam berdarah.


DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Jual-Moyet.(2008). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta : EGC.

Effendi, Christantie. 1995. Perawatan Pasien DHF edisi 1. Jakarta : EGC
Ginanjar, Genis. 2008. Demam Berdarah. Yogyakarta : PT Bentang Pustaka
Gibson, John. 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat Edisi 2. Jakarta ; EGC.

Mansjoer, Arif et all. 2000. Kapita selekta Kedokteran edisi 3. Jakarta : Media aesculapius.

Monica, Ester. 1999. Demam Berdarah Dengue ( Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan dan Pengendalian. Jakarta : EGC.

Syaifuddin. 2001. Fisiologi Sistem Tubuh Manusia. Jakarta : Widya Medika
Suyono, Slamet. 2001.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi 3. Jakarta ; FKUI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar